Numpang Hidup di Bumi-Nya

Sunday, May 28, 2017

Wuih ternyata hampir 1 tahun nggak nulis sama sekali! Kelihatannya setelah lulus kuliah jadi fakir ide buat nulis ya haha. Sejatinya tulisan ini dibuat karena tiba-tiba kepikiran aja, sekalian buat lemesin tangan dan otak, lol. Sebelum melanjutkan menulis, ada warning buat yang ingin ikut baca tulisan ini. Karena tulisan ini nantinya akan merambat ke urusan agama, tolong jangan dikaitkan dengan logika ya bcs ya you know sesungguhnya urusan agama itu urusan kepercayaan masing-masing dan nggak perlu dipertanyakan secara logis hehehe. Dan tulisan ini hanya sebatas sharing, adapun yang terinspirasi alhamdulillah, yang nggak ya anggap aja lagi iseng baca postingan orang nganggur. Mukadimahnya sudah cukup, masuk ke bahasan utama ya!


Cita-cita.
Katanya, cita-cita itu harus setinggi langit. Tapi kata yang lain, cita-cita jangan terlalu tinggi karena kalo ngga kesampaian, jatuhnya sakit. Memang bener sih, kadang kalo kita terlanjur berekspektasi tinggi dan nggak kesampaian, akan terasa sangat menyakitkan. Banget. Tapi, dibalik itu semua, masih ada ikhlas dan tawakal yang sebetulnya bisa bantu mengobatinya. Ketika kita yakin bahwa nggak semua cita-cita itu harus kesampaian, semua hasil akan menjadi baik, kan? Nggak semua yang kita kejar itu harus tertangkap.

Cita-cita, diam-diam juga merupakan ujian. Ujian kegigihan, kesabaran, keikhlasan, dan lain sebagainya. Sedangkan pencapaian, hanya bonusnya. Niscaya, akan ada hal-hal baik lain yang datang, bahkan walau kita nggak pernah mencita-citakannya. Dan setelah dipikir-pikir, terlalu banyak cita-citaku yang nggak kesampaian. Mulanya kecewa dan sakit memang. Tapi harus bisa disadari bahwa ketika Sang Pencipta mencipta skenario, kita hanya bisa mengikuti alurnya sambil berharap mendapat peran dan jalan cerita yang terbaik. Kita juga harus sadar bahwa kita bukan siapa-siapa. Hanya makhluk yang menumpang hidup di bumiNya dan kita adalah makhluk yang tidak tahu apa-apa dibandingkan denganNya. Kurang apa kita? Dihidupkan di bumiNya yang luas dan diberi rizki yang tidak mungkin bisa dihitung. Sedangkan kita selalu serakah merasa kurang apapun. Padahal hidup kita ini juga hanya ujian. Sudahkah kita bersyukur? Sudahkah kita menjadi umat yang baik? Sudahkah kita mempersiapkan bekal untuk kembali nanti sedangkan kita nggak tahu kapan kita akan kembali?

Ketika kita melakukan apapun, sudahkah kita memastikan bahwa yang kita lakukan itu benar, nggak menyimpang dari aturanNya, dan nggak membuat kita semakin jauh dariNya? Karena sesungguhnya, kita dihidupkan di bumi ini hanya untuk menyembahNya. Dan sebagai orang yang hanya menumpang hidup, sudah selayaknya mengikuti aturan dari Sang Pemilik. Aturan ini dan itu, termasuk semakin mendekat kepada-Nya. Lantas hal apa yang sampai bisa membuat kita makin jauh dariNya? Bukankah kita termasuk orang yang sombong?

Manusia memang nggak ada yang sempurna. Tapi manusia adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan oleh Allah dibandingkan makhluk lainnya, karena kita diciptakan dengan akal. Dengan akal, kita bisa semakin taat, tapi juga bisa semakin kufur. Pilihan jatuh pada masing-masing insan. Meski Allah sudah menentukan, kita masih bisa berusaha, mencari tahu dan belajar.

Ada beberapa hal yang nggak bisa kucapai dan/atau kutinggalkan karena ternyata memang nggak berkah dan lebih banyak mudharatnya. Dan semua itu nggak seketika hilang. Semua perlu proses. Timbang menimbang, galau menghalau, hati serasa diambil dan dikembalikan berkali-kali. Setanpun terus menghias-hiasi. Dan saat sudah berhasil meninggalkan, datanglah ingatan-ingatan masa lalu. Bisa berupa rindu yang menjerumuskan, atau penyesalan yang berbuah ketaatan. Kita yang menentukan, ingatan itu masuk dalam golongan yang mana.

Aku, beberapa tahun terakhir ini sudah meninggalkan musik. Nggak pernah dengan sengaja memutar atau main alat musik lagi. Padahal, sejak kelas 4 SD, bangun tidur yang dituju ya pianoku. Selain karena memang nggak sempat, aku sudah mulai takut. Takut kalau-kalau nanti malah menyita waktuku. Juga (tanpa bermaksud untuk sok tau) berusaha meninggalkan laranganNya satu persatu. Karena sesuai yang kukaji, faktanya begitu. Dan setelah ditinggalkan pun nggak berefek buruk. Malah memberi waktu luang untuk melakukan hal-hal lain yang lebih bermanfaat. Well, contoh ini adalah masalah pribadi, dan nggak ada maksud menganggap pemusik atau orang yang mendengarkan musik itu buruk. Bukan. Hanya masalah prinsip masing-masing.

Dan ada beberapa hal lain yang harus kutinggalkan karena nggak mendapat kata "iya" dari orang tua. Bcs "Ridho Allah bergantung ridho orang tua."

Bapak dan Ibuku sering bilang,  segala hal yang dilakukan tanpa ridho orang tua, nggak akan berkah. Nggak ada orang tua (baik) yang menginginkan keburukan untuk anaknya. Semua hal yang dilakukan tanpa ridho orang tua, akan terasa sia-sia, nggak nyaman, dan diliputi kebimbangan. And it's true. Mungkin hati ini sempat mencak-mencak nggak setuju. Tapi setelah dijalani, semua memang benar adanya.

Dan memang harus diyakini bahwa Allah nggak akan menelantarkan umatnya. Melalui orang tua (baik), pilihan-pilihan terbaik ditawarkan. Misalnya soal pendidikan, pekerjaan, jodoh, bahkan hal remeh remeh seperti merek sabun mandi (lol). Hanya hati kita saja yang perlu dipertanyakan, bisakah kita melihat itu sebagai pilihan terbaik? Pilihan yang nggak sesuai dengan keinginan, kadang terlihat nggak baik. Padahal, pilihan yang terlihat nggak baik bagi kita, bisa jadi pilihan terbaik dari Sang Pencipta. Tapi bukan berarti semua pilihan pribadi kita jelek lho, bukan. Yang jadi poin adalah orang tua kita sebagai perantara pilihan-pilihan terbaik. Jadi bukan berarti pilihan kita selalu buruk, no. Tapi kita bisa meminta pendapat orang tua mengenai pilihan kita, dan orang tua (baik) pasti berusaha memberi jawaban terbaik.

Jadi, lakukan apapun yang kamu mau selama itu nggak melanggar aturan Sang Pemilik bumi yang kamu tumpangi ini. Kejar cita-cita baik dan jangan takut jatuh kalau ikhlas dan tawakal sudah kamu tanamkan di hatimu. Kalau masih ragu, cari tau bisa kan?

Sepenggal kalimat terakhir, selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan! Jika dalam postingan ini ada unsur menyinggung, mohon dimaafkan. Penulis juga sengaja nggak mencantumkan ayat atau dalil yang berhubungan, karena penulis nggak hafal sedangkan tulisan ini hanya ditulis di waktu iseng. Tapi barangkali pengen tau, bisa komen saja yes. Suwun suwun semuanya. Selamat menunggu waktu buka puasa!

You Might Also Like

0 comments