Fighting is Not That Easy

Thursday, October 26, 2017

Assalamualaikum!

Udah beberapa bulan nih, nggak sambang blog ini.
Akhirnya dapat ilham juga untuk mengisi kekosongan artikel blog aku.
Ini juga didukung oleh hasil voting di instastory-ku, hehe.
Di tulisan kali ini, aku pengen berbagi sedikit tentang pelaut.

Tapi sebelumnya, supaya nggak membingungkan, aku bakal memberi informasi awal mengenai profesi ini dan apa hubungannya denganku.

Fyi, sekarang aku membantu pekerjaan orang tuaku yang bergerak di bidang pengiriman tenaga kerja Indonesia khusus pelaut. Tenaga kerja pelaut ini, beda dengan tenaga kerja yang ada di darat. Bedanya, tenaga kerja pelaut ini adalah tenaga dengan skill khusus. Dan untuk mengirim pelaut, kami tidak melalui pemerintah (disnaker) seperti TKI-TKI darat atau istilahnya G to G (Government to Government). Dan kami, mengirimkan pelaut untuk bekerja di kapal penangkapan ikan yang berlayar di pesisir pantai Korea Selatan (near coastal) dan laut lepas (deep sea).


Beberapa hari yang lalu, aku dapat chat dari salah satu calon pelaut kami, yang menanyakan apa benar ada salah satu pelaut kami di Korea Selatan yang meninggal dunia. Setelah konfirmasi dengan agen Korea kami, ternyata benar ada salah satu pelaut kami yang meninggal dunia. Tapi, jasadnya masih dalam pemeriksaan polisi dan hasilnya belum keluar, jadi kami belum dapat informasi juga.

Posisiku waktu itu kebetulan memang sedang ada di Seoul. Sedangkan kantor agen kami di Busan, dan kami memang berencana ke kantor agen 2 hari kemudian.

Belum mendapat kabar apa-apa lagi dari agen, beberapa pelaut yang ada di Korea Selatan mengirimkan foto almarhum saat di RS. Kami langsung nggak bisa tidur karena kebayang-bayang. Sampai akhirnya tibalah kami di Busan dan mendapat informasi lebih detail soal almarhum pelaut kami ini. Di Surabaya, tenaga lapangan kami juga meluncur menghubungi keluarga almarhum kabar kematian ini dan juga mewanti-wanti untuk tidak sembarang menerima info/bantuan dari orang lain selain perusahaan. Hal ini demi menghindari penyalahgunaan informasi kematian alm. Klise, banyak yang bertanya info tentang kematian alm dan info itu nantinya "dijual" kepada keluarganya. Mereka jadi "pahlawan". Ini bukan suudzan, tapi belajar dari pengalaman sebelumnya. Atau menjadi pihak LSM yang menawarkan bantuan pengurusan asuransi dan sebagainya. Banyak yang mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Setelah hasil pemeriksaan polisi keluar, kami baru bisa mengurus segala macam hal yang harus diselesaikan. Kejadiannya, alm meninggal dunia karena kecelakaan kerja. Bulan ini, Korea sudah mulai agak dingin dan di laut anginnya mulai kencang. Jadi beberapa jenis kapal sudah tidak bisa berlayar. Saat kapal alm ini sandar, alm hendak menali kapalnya (aku juga kurang paham bahasa kelautannya). Karena anginnya sangat kencang, entah alm menambah atau mengencangkan talinya (kurang paham juga), talinya putus dan mengenai wajahnya, dan ya, meninggal dunia. Nggak disangka-sangka. Aku nggak tega menceritakan bagaimana keadaan wajahnya. Menurut cerita tenaga lapangan, istrinya bahkan nggak mengenali suaminya saat ditunjukkan foto wajah suaminya setelah kejadian.

Saat jenazahnya datang di tempat kedatangan cargo Juanda Surabaya, istrinya yang juga ikut menjemput jasad suaminya, tampak tegar meskipun beberapa kali nangis. Peti jenazah langsung dibawa dengan ambulan pukul setengah 1 dini hari, dan sampai di rumah duka di Bangkalan sekitar pukul setengah 3 dini hari. Jenazah langsung dimakamkan saat itu juga, nggak nunggu pagi.

Dan kemarin, istrinya datang ke kantor kami untuk mengurus hal-hal yang diperlukan. Beliau datang dengan ayah dan anaknya.  Betul, beliau benar-benar terlihat ikhlas. Ternyata, istrinya adalah seorang guru. Dan fortunately, beliau enak banget diajak bicara.

Yang membuat kita sedih, kita selalu kebayang-bayang bagaimana rasanya LDR dengan orang yang dicintai, begitu pulang hanya tinggal nama, betapa...... ah, nggak bisa dibayangkan.

Apalagi saat kemarin aku kunjungan ke mess dan pelabuhan tempat pelaut-pelaut kami kerja. Lihat mereka baru datang berlayar, masih di dalam kapal dan langsung keluar kapal karena lihat kami datang, wajahnya terlihat happy karena dapat kunjungan dari "keluarganya". Rasanya jadi nggak sia-sia jauh-jauh kesana. Ikut happy!

Sebetulnya, ini bukan pertama kalinya ada kejadian seperti ini. Kejadian sebelumnya bahkan lebih menyedihkan, karena jasadnya tidak bisa ditemukan. Ceritanya, 2 pelaut kami diperbantukan pemerintah Korea untuk mencari kapal tenggelam, tapi kapal mereka justru tak disangka bertabrakan dengan kapal lain. Dan ya, hal yang tak diinginkan terjadi. 2 pelaut kami tenggelam, yang satu bisa ditemukan tapi yang satu lagi hilang. Kedua keluarga alm pun diundang oleh pemerintah korea untuk diberi penghargaan sebagai pahlawan.


Bekerja di negeri orang, jauh dari keluarga dan kampung halaman itu bukan hal yang mudah. Dia dan keluarga terpaksa siap berpisah sementara, bahkan jika harus selamanya. Sama-sama berjuang untuk meneguhkan hati. Harus siap untuk meninggalkan dan ditinggalkan dalam segala hal, termasuk karena maut. Harus kuat menampung rindu. Harus mampu menabung ikhlas. Hargai mereka yang sedang bekerja keras. Hargai juga mereka yang hanya bisa mendoakan. Maka untuk kita yang masih bisa tinggal dan bekerja dekat dengan keluarga itu betul-betul mahal harganya.

Semua kejadian adalah peringatan.
Dan setiap kejadian itu mengingatkanku bahwa semua orang hidup dengan berjuang walaupun berbeda jalan. Dan di setiap jalan pasti banyak cobaannya. Hargai kerja keras semua orang, karena itu bentuk perjuangan mereka. Minimal nggak menambah beban mereka aja sudah cukup 😊

Source: https://dianabiekusuma.wordpress.com/2017/12/07/berjuang/


Semoga tulisan ini bisa bermanfaat ya!
Kalau ada kurangnya bisa komen di bawah atau bisa langsung kontak pribadi, hihi. Thank you! 🙂






You Might Also Like

0 comments