Tentang Pinang Dibelah Dua Saja

Monday, December 31, 2018

Assalamualaikum Netizen!

Setelah 14 bulan nggak pernah nulis lagi, akhirnya aku kembali ke pelukan blogger dan mulai nulis lagi. Sempat dibingungkan mau nulis apa dan minta pendapat netizen instagram, akhirnya terciptalah tulisan ini. Yup, it's about twin's life. Lebih detailnya, tentang advantages & disadvantages of being a twin/having a twin.

Tentunya tulisan ini ditulis berdasarkan pengalamanku menjadi anak yang terlahir kembar identik (1 sel telur) dan bersaudara kembar dengan sesama perempuan.

Jadi bisa aja anak kembar dengan spesifikasi berbeda (spesifikasiiiiii, komputer apa ya) seperti: tidak identik, atau berbeda jenis kelamin, memiliki pengalaman yang berbeda.

Source: Getty Images





Mari kita mulai dengan Advantages-nya terlebih dahulu:

1.  Hampir Tidak Pernah Kesepian
Karena kami memang merasa diperlakukan sama dan adil oleh orang tua, jadi nyaris sebagian waktu kami selalu dilalui bersama-sama. Baik itu sekolah (meskipun beda kelas), les, maupun bepergian. Kami selalu pergi sama-sama. Di rumah pun, kami tidur bareng, ngobrol bareng, main bareng. Jadi kami selalu 'punya teman' untuk melakukan apapun. Meski kadang sama-sama gocik alias takut, tapi karena dilalui bersama, kami jadi gocik bersama dan... akhirnya bisa survive walau dalam keadaan terburuk apapun hahaha. Sampai-sampai adik kami yang paling bontot (fyi, doi tidak kembar), pernah bilang ke Ibu, "Bu, enak ya jadi Mbak Bella Della. Kemana-mana berdua, ada temennya."

2. Memiliki Teman Yang Lebih Banyak
Meskipun kami kembar dan disekolahkan di sekolah yang sama, kami selalu berada di kelas yang berbeda. Sewaktu kuliahpun begitu. Meski satu universitas, kami beda fakultas. Aku punya teman sendiri, dia punya teman sendiri. Dan karena kami berdua masih saling membutuhkan satu sama lain, jadilah otomatis kami tetap harus sering bertemu di kampus. Entah buat tuker kunci kendaraan kek, buat ngasih barang yang ketinggalan kek, dan sebagainya. Otomatis kami pasti bertemu teman-temannya juga. Belum lagi kalau kami ikutan nongkrong bareng. Yasudah, otomatis jadi kenal dan teman kami tambah banyak. Karena temannya kembaran, adalah teman kita juga, hehe. Tapi kalau suami, tetap suami sendiri-sendiri OKEY.

3.  Partner In Crime
Dalam kebanyakan kesempatan yang kami lakukan bareng, selalu aja kebersamaan kami ini merupakan sebuah anugerah. Kamipun menyadari bahwa kebersamaan kami adalah sebuah ke-Alhamdulillah-an untuk banyak hal yang membutuhkan kerja sama. Mikir bareng, merencanakan bareng, melakukan bareng, dan bareng-bareng yang lainnya. Baik dalam hal kebaikan maupun dalam hal kelicikan..... ups! Bahkan kami membaca bahwa kehidupan sosial kamipun menyatakan bahwa kebersamaan kami memberikan banyak kemudahan.

4. You Back Me Up
Karena kami berdua most of the time selalu diperlakukan sama dan adil oleh circle kami berdua, dan kami (merasa) memiliki tingkat intelektualitas yang sama, kekuatan yang hampir sama, dan lain-lain yang serba hampir sama, kami menjadikan satu sama lain sebagai back up. Misal, saat Ibu kami menyuruh sesuatu dan salah satu dari kami lagi mager, insyaAllah ter-back up oleh satunya lagi. Begitu juga semisal ada event yang sebetulnya membutuhkan kami berdua, sedangkan salah satu dari kami berhalangan, maka ter-back up lah. Bahkan pihak luar pun mengakui, "Ooo, sudah ada kembarannya kok, gpp." See? Yang penting ada salah satu dari kita setor muka. Lol.

5. Teman Selamanya
Usia sama, jenis kelamin sama, keluarga sama, proses hidup hampir sama. Membuat kami merasa... kami ini beda, tapi sama. Karena sama itulah, membuat kami merasa cocok berdiskusi dan bercerita banyak hal. Not all of things, but most of things. Walaupun kami memiliki pemikiran dan pengalaman masing-masing, tapi buktinya, most of things yang kami jalani, sama dan sependapat.  Meski kadang tidak sependapat dan sebel-sebel sendiri, tapi ujung-ujungnya jadi sependapat, terkadang, hehe. Dunno other twins ya, but this is us.

6. Seru Aja, Sih!
Hal-hal yang kadang nggak masuk di akal, bahkan terjadi, haha. Misal:
- Ngucapin hal yang sama. Kami sering banget tiba-tiba nyeletuk ngomong sesuatu dengan kalimat yang sama persis, di waktu yang sama juga. Bener, kalimatnya nggak beda satu huruf pun. Misal lagi ngomentarin sinetron, di detik tertentu, kami berdua tiba-tiba sama-sama ngomong, "Kok jahat sih anaknya" atau "Masa dirumah sendiri diusir." Kind of things.
- Nyanyi dengan lagu, bait, dan nada yang sama. Kami emang suka nyanyi-nyanyi sendiri. Herannya, sewaktu lagi pada sibuk sendiri-sendiri, tiba-tiba kami berdua nggak janjian, nyeletuk lagu yang sama, baitnya pas sama (biasanya sih Reff), dan nada yang sama. NADA YANG SAMA. Nggak pernah beda nada. Cius!
- Dan hal-hal seru lainnya deh.




Sebetulnya kalau disuruh membeberkan disadvantages-nya, aku agak bingung. Karena sejauh ini advantages-nya lebih banyak dan mungkin menutupi disadvantages-nya, hahaha. Tapi mari kita coba mencari disadvantages-nya yes.

1. Sering Dikira Sombong
Sering disapa oleh orang yang tidak dikenal adalah keseharian kami. Terkadang kami harus berpura-pura menjadi kembaran kami, hanya agar tidak dikira sombong. Karena pernah suatu ketika, kembaranku ditegur salah seorang temannya, "Eh, kamu kok sombong sih kemarin ketemu nggak nyapa."

2. Sering Ditanya-Tanya
Saya nggak tahu di dunia ini sudah ada berapa pasang anak kembar yang lahir. Yang pasti jauh lebih sedikit dibanding yang bukan kembar. Mungkin itu yang membuat orang-orang masih banyak bertanya tentang kehidupan anak kembar, misalnya:
- Sering berantem nggak?
- Kalo yang satu sakit, satunya ikut sakit nggak?
- Kamu bisa baca pikiran dia nggak?
- Gimana rasanya jadi anak kembar?
- Suaminya nggak pernah ketuker yaa?
Ya gimana ya. Masalahnya yang nanya nggak cuma satu dua, sih, hehe. Terkadang lagi nggak mood jawab atau cerita, jadi cuma senyum kecut. Lah kalo gitu, kami dikira sombong, padahal mah bukan begitu..

3. Kalo Dibedakan, Merasa: Kok Dibedain, sih?
Tadi di awal sudah aku sebut ya, kami merasa beda, tapi sama. Kami memaklumi jika ada perbedaan perilaku atau sikap orang lain terhadap kami berdua, karena kami memang sejatinya beda. Tapi dalam lubuk hati yang paling dalam, pasti kami bertanya-tanya. 'Kok dia anu tapi aku engga sih.' Gitu. Lebih jleb kalau dibedain gitu, daripada dibanding-bandingin sih, hehe.


Nah itu tadi sedikit cerita dari aku tentang kehidupan anak kembar. Mungkin next time akan aku jadwalkan menulis dari sudut pandang Ibu, tentang bagaimana merawat anak kembar, hehe. Barangkali ada dari kalian yang sedang program Anak Kembar hehe.

Sampai jumpa di postingan selanjutnya!

Wassalamualaikum!




You Might Also Like

0 comments