Dua Cinta

Thursday, February 13, 2014

Menanggapi tantangan menulis (sebenernya sih rencana jaman kapan yang baru bisa terealisasi sekarang) antara aku, Denyu, dan Eyen, akhirnya terpublish juga cerita fiktif ini di bulan Februari. But please remember, ini blognya amatiran. Jadi segala tulisan yang ada disini adalah hasil amatir. Fyi, ini adalah cerita fiktif pertama yang aku publish. Mungkin endingnya agak nanggung haha. So, aku sangat membutuhkan kritik dan saran dari pembaca sekalian. Enjoy the story, happy reading, readers!

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dua Cinta?

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 11 malam. Tapi aku belum juga terlelap. Biasanya, jam 10 malam aku sudah masuk ke alam mimpi. Tapi kali ini boro-boro tidur, ngantuk aja nggak. Ditambah lagi hujan sejak sore belum menunjukkan tanda-tanda berhenti, malah kini tambah deras. Sampai-sampai petir yang menyambar seperti mengetuk jendela kamarku. Agak membuatku bergidik memang, karena aku sedikit penakut. Hingga pukul 2 pagi rasa kantuk belum juga menghampiri. Aku hanya bisa menatap langit-langit kamar sembari mencoba menutup mata siapa tahu tiba-tiba tertidur. Ketika aku sudah hampir terlelap, tiba-tiba handphoneku berdering. Sial, ganggu aja! Kuraih handphone yang sengaja kuletakkan agak jauh dari kasur. Ada 1 misscall. Ternyata dari Adit. Sial, nggak penting banget nelpon dini hari, nggak tahu waktu! Dari anak ini pula.

Ya, namanya Adit. 5 tahun lalu, ketika aku masih duduk di kelas 1 SMA, aku naksir sama dia. Naksir banget malah. Aku sudah coba kasih sinyal-sinyal khusus ke dia, tapi memang nggak ada tanggapan. Entah dia yang terlalu cuek, nggak peka, atau pura-pura nggak tahu. Kontak sama dia hanya lewat sms. Kalau ketemu, berasa nggak kenal. Biasalah, jatuh cinta ala anak remaja yang malu-malu. Selama 3 tahun aku memendam perasaan, belum juga ada tanggapan. Malah, dia naksir sama temen sekelasku yang kata temen-temen sih playgirl. Aku jadi ilfeel. Apalagi semenjak kejadian saat aku dan teman-teman -termasuk dia- janjian nonton di bioskop. Sepulangnya dari sana, dia kirim sms yang bunyinya: Makasih ya tadi. Siapa yang nggak tambah gemeteran! Semalaman nggak bisa tidur, karena baru kali itu dia yang pertama kali sms. Saat aku mulai memejamkan mata, tiba-tiba ada sms dari dia: Ini siapa ya? Sial! Setelah kutelusuri, ternyata sms pertama tadi bukan dikirim oleh Adit, tapi temanku yang lain! Duh malunya! Semenjak itu aku mulai menjauhi Adit. Mungkin dia memang nggak patut untuk kuperjuangkan, pikirku.

Aku berpikir keras, untuk apa ya Adit misscall malam-malam, apalagi sudah beberapa tahun kita lost contact. Namun ternyata rasa kantukku mulai datang dan mengalahkan rasa penasaranku. Aku tertidur.
Paginya, aku sempat kepikiran untuk mengirimkan sms pada Adit, tapi kuurungkan niatku. Ah ngapain juga. Lagian aku sudah move on. Nanti kalo kontak lagi, bisa-bisa clbk, pikirku. Akhirnya kini giliranku yang nyuekin dia. Anyway, Hari ini adalah hari pertama masuk kuliah setelah libur 3 bulan. Dan buruknya, hari ini ada kuliah pagi. Badanku seperti lengket sama kasur. Ya Tuhan, males banget pergi ke kampus. Bukan gara-gara mata kuliah yang membosankan sih, tapi karna bakalan ketemu sama Dio. Sudah 2 tahun ini dia seakan menerorku dengan surat-surat misterius -ya, tapi aku tahu kalau surat-surat itu dari dia-. Setiap malam dia selalu mengirimkan sms-sms joke ataupun puitis. Dan mungkin memang belum saatnya aku melting. Meskipun setiap hari dia selalu mencoba mendekatiku, aku tidak pernah menanggapinya dengan serius.(Sepertinya) belum ada sedikitpun terbesit rasa suka padanya.

Sampai di kelas, aku langsung menduduki kursi terdepan. Aku memang suka duduk di barisan paling depan. Alasannya, jelas karena supaya konsentrasi memperhatikan dosen. Maklum, barisan terbelakang kelasku selalu dipenuhi oleh anak-anak yang suka berisik dan ngobrol sendiri. Tapi tumben-tumbennya Dio belum ada di kelas. Biasanya dia datang lebih pagi dari aku. Tapi yasudahlah, buat apa aku peduli? Lagian aku juga merasa terganggu dengan kehadirannya -karena setiap pergerakannya membuatku risih-.

Sampai akhirnya suatu hari, hari-hariku sepi tanpa kehadirannya. Dio tidak lagi mengirimkan sms-sms puitis atau sekedar joke. Di kampus, dia juga menjadi cuek. Benar-benar beda dari biasanya! Apa mungkin dia sudah tidak menyukaiku lagi? Bisa jadi dia sudah melupakanku karena aku terlalu cuek. (Ini sama kejadiannya dengan cerita cintaku dengan Adit!) Seharusnya aku bersyukur karena tidak ada lagi yang menggangguku. Tapi, kenapa aku malah merasa kesepian? Aku mulai merindukan kehadirannya. Apa mungkin ternyata aku sudah mulai jatuh cinta?

Sementara Dio sudah tak mendekatiku, kini malah Adit yang mulai mendekatiku! Mungkin Adit sudah membuka hatinya padaku? Setiap malam minggu, Adit selalu mengajakku untuk pergi keluar. Hanya beberapa kali saja aku mengiyakan, itupun kuajak teman-temanku yang lain. Sejujurnya, saat aku bertemu Adit lagi setelah sekian lama, perasaanku mulai tumbuh lagi. Persis dugaanku di awal, sepertinya aku kena clbk! Setiap jalan dengannya, aku selalu salah tingkah. Tapi disisi lain, aku masih memikirkan Dio -yang seharusnya tak perlu kupikirkan kalau aku tidak menyukainya-. Sempat terbesit dipikiranku, mungkin Dio mengalami gejolak perasaan yang sama denganku ketika dulu aku tak dapat membuat Adit jatuh hati padaku. Aku pun dulu putus asa, mungkin kini giliran Dio yang putus asa. Tapi sejujurnya, aku tidak ingin menyakiti hatinya dengan terus tak menanggapinya. Karena aku tahu bagaimana rasanya cinta bertepuk sebelah tangan. Apa aku harus mencoba membuka hati seperti Adit yang kini mulai membuka hati padaku? Tapi bagaimana bisa aku masuk ke dua hati yang berbeda? Aku merindukan kehadiran Dio, tapi aku juga tak bisa mengelak dari kehadiran Adit. Apa mungkin aku menyukai dua orang yang sama? Atau ini hanya fatamorgana yang dapat kurasakan keindahannya walaupun kenyataannya fana? Aku tidak bisa memilih antara keduanya. Kata pepatah, biar waktu yang menjawab.

Kita tidak akan menemukan cinta ketika dia tidak ada.
Tapi ketika dia ada, kita tidak akan bisa menyembunyikannya.

You Might Also Like

5 comments

  1. Kemudian si Dio gimana? Kasian cintanya bertepuk sebelah tangan sepertiku :"
    Selamat ya belle akhirnya cerpennya selesaaaaiiii!
    Bagus dan mengharukan hiks aku jadi galau.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasi yaaa nyu sudah baca hahaha. Btw aku lho baru sadar aku nggak mengenalkan siapa itu 'aku' :P

      Delete
  2. aku bacanya seolah2 kamu be yang baca narasinya, jadi gausah diperkenalkan "aku" nya juga gapapa sih ... hahaha, terlihat seprti kamuuu... :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha iya sih deeeeeeew wkwk maklumlah newbie :p btw tengkyu sudah mampir. aku lho sering stalking blogmu btw deeeeew haahahhahaa

      Delete
  3. wah aku telat baca nih maaaaafiiiiiiinnnnn
    hayooooo si 'aku' pilih siapaaaaa, hihihi :p
    kaaan bingung kaaan, eaaaaak
    well done be, baguuus :3

    ReplyDelete