Aku Harus Dewasa

Tuesday, May 19, 2015

Di tahun 2015 ini aku baru nulis beberapa tulisan. Entah kenapa semester 6 ini bikin aku jadi males nulis lagi -di blog- karena nulisnya sekarang pindah di ms word buat tugas-tugas. Supaya salah satu tugas menulisku nggak sia-sia, rasanya menarik juga kalo aku post disini. Terlebih lagi, ini adalah tugas dadakan dari mata kuliah Penulisan Kreatif, dimana soalnya adalah kita diminta nulis apa aja, genre bebas 350 kata, bertema Lenyap, di posting di salah satu media sosial, dan.... tanpa huruf 'i'. Ya, awalnya aku juga bingung. Apa bisa aku nulis tanpa huruf 'i' sama sekali. Nyatanya bisa. And.... here it is. Sila dikomen kalau berkenan! :-)



Kenapa aku tetap bertanya, walau tau tak ada jawabnya?
Kenapa aku tetap menunggu, walau tau yang kutunggu tak jelas?
Kenapa aku tetap berharap, walau tau akan ada yang lenyap juga?

Dulu, aku kerap bertanya, ‘kapan aku dewasa?’ Banyak jawab, ‘kamu yang tahu jawabnya.’
Dulu juga, aku kerap menunggu masa dewasa, padahal belum tentu aku punya umur ‘tuk menyambutnya. Dulu juga, aku berharap cepat-cepat dewasa, padahal aku harus melepaskan masa kekanakan yang menyenangkan.

Semua orang, termasuk aku, dan kamu juga –yang sekarang merasa sudah dewasa-, dulunya tentu pernah mengangankan masa dewasa. Masa yang nampak sangat sempurna dan penuh kebebasan. Masa saat seseorang nampaknya juga sudah mampu dan pantas memutuskan banyak hal. Masa saat seseorang nampaknya sudah sangat cerdas, tahu banyak hal, dan berpengetahuan luas. Masa saat seseorang sudah tak berkelakuan kekanakan, tak kampungan, dan nampak keren.

Namun saat masa dewasa datang, nampaknya aku juga harus gundah kala aku ternyata (mau tak mau) harus melenyapkan masa-masa tak dewasaku. Masa tak dewasa saat waktuku penuh gurauan tak mutu dengan kawan. Masa-masa saat kelakuanku layaknya anak tak tahu arah. Masa-masa saat kebodohan dan keanehan malah mengundang tawa. Masa-masa saat hujatan antarkawan membuat marah juga pertanda sayang. Masa-masa saat aku merasa belum terlalu berdosa pada kesalahan-kesalahan yang kulakukan.

Masa saat aku belum tahu bahwa ternyata masa dewasa penuh tuntutan dan tanggung jawab. Tuntutan untuk tahu banyak hal. Tuntutan untuk berlaku tak ala kadarnya. Juga tanggung jawab akan banyak hal, termasuk pengetahuan dan kelakuanku. Harus memutar otak hanya untuk menampakkan kelakuan ‘aku tlah dewasa’. Supaya aku tak tampak bodoh, tak tampak tak tahu arah, juga tak tampak tak bermutu. Menampakkan kedewasaan yang ternyata harus melepaskan masa-masa ‘aku belum dewasa.’ Karena aku akan tampak belum pantas mendapatkan status dewasa, kalau aku belum melepas pandangan dan kelakuan jaman belum merasa dewasa.

Saat masa dewasa datang aku baru sadar bahwa ternyata justru aku tak bebas. Ternyata masa dewasa sangat berat. Banyak tuntutan dan tanggung jawab. Beda dengan masa tak dewasaku. Harusnya aku tak senang, tak menunggu, dan tak berharap, karena dewasa membuatku seakan tak pantas berkelakuan aneh. Atau aku yang salah? Masa dewasa tetap memperbolehkanku berkelakuan ‘aku belum dewasa’?

You Might Also Like

0 comments