Satu atau Setengah?

Tuesday, July 23, 2013

Dengan semakin tingginya jumlah orang-orang yang memiliki skill berlebih (dan mungkin memang bakat berlebih) di dunia ini, semakin tinggi juga orang-orang yang skill-less seperti aku ini buat sembunyi sebelum tenggelam karena ke-wonderful-an orang orang tadi dan ke-tidak wonderful-an kami kami skill-less. Aku selalu takjub dengan orang-orang yang punya kemampuan berlebih, dalam arti, kemampuan yang mereka miliki tidak aku miliki atau aku tidak sejago mereka. Belakangan ini, aku sering banget takjub karena orang-orang di sekitarku semakin hebat, hebat, dan hebat.

Banyak orang di sekitarku yang memiliki skill banyak. Misalnya, X yang punya kemampuan bernyanyi, bermain drum, menulis, dan memasak. Keempatnya itu dia miliki. Tapi, apa dari keempat skill yang dia miliki tadi benar-benar "dia miliki" sepenuhnya? Suaranya memang merdu, tapi bernyanyinya ya hanya sekedar bernyanyi, tanpa tehnik. Bermain drum juga bisa, tapi kalau mainin fill in, ya gitu-gitu melulu. Menulis juga bisa, tapi belum sampai bikin buku. Memasak yaaa bukan ala chef. Apa itu artinya X tadi kurang menekuni 4 hal tersebut? Atau, dia memang mampu dalam 4 bidang itu, tapi hanya setengah-setengah? "Yang penting bisa, nggak perlu expert." 

Sedangkan, selain itu, juga ada orang yang hanya memiliki satu skill (dan mungkin dibantu oleh bakat) tapi dia menjalaninya dengan maksimal. Artinya, dia memang menekuni satu hal itu dengan benar-benar serius. Sebagai contohnya adalah pianis aliran classical crossover favoritku ini, Maksim Mrvica. Dia memang menekuni satu bidang, yaitu piano. Aku tahu Maksim dari guru lesku dulu, mungkin sekitar tahun 2010. Semenjak itu, aku jadi suka mendengarkan dan melihat permainan-permainannya (di youtube tapi wah). Ibarat membaca alqur'an, bisa dikatakan Maksim sudah khatam dalam ilmu pianonya, lah.

So..... bolehkah kita membandingkan lebih baik mana, yang seperti si X dan atau seperti Maksim?
Aku sendiri masih bingung kalau ditanya pendapatku pribadi mengenai itu.
Aku pernah berpendapat, lebih baik yang kaya X lah.
Tapi kalau dipikir-pikir lagi, yang kaya Maksim juga baik.
Well, memang kadang-kadang salah satu kelihatannya lebih baik daripada yang lain.

Untuk tipe orang seperti X, positifnya: Kita bisa terlihat multiskill walaupun tidak maksimal dalam skill-skill yang kita punya. Juga, dalam keadaan kepepet, kita bisa mengatasi sementara. Misal, ada tamu dari luar negeri yang tidak bisa makan selain nasi. Karena kita punya skill memasak (walaupun bukan seperti chef) paling tidak kita masih ada bayangan untuk masak selain nasi, contohnya merebus kentang, walaupun bukan seperti melted cheese baked potato. Negatifnya: Kadang kita akan iri melihat orang yg memiliki satu skill (dari salah satu skill yang kita punya) karena karya yang dia hasilkan pasti lebih maksimal dari yang kita hasilkan. Juga, saingan yang lebih berat, karena pasti ada orang yang lebih expert dalam skill-skill yang kita miliki.

Untuk tipe orang seperti Maksim, positifnya menjadi orang seperti ini adalah memiliki kredibilitas. Ketika ada suatu hal yang berhubungan dengan skill yang kita punya, seketika ingatan akan tertuju pada kita, karena kita memang expert dalam hal itu. Juga, karya yang dihasilkan pasti lebih maksimal dari yang setengah-setangah. Negatifnya: ketika kita kepepet dalam hal lain, kita masih sangat butuh bantuan dari orang lain. Misalnya yaa seperti contoh diatas, ada tamu dari luar negeri yang tidak bisa makan selain nasi. Karena kita hanya punya skill main piano dan tidak bisa memasak sama sekali, kita butuh orang lain untuk memasakkan atau hanya sekedar memberi pendapat. Kalo bukan orang yaa bisa juga bantuan internet, lah.

Semua ada sisi positif dan negatif. Kalau kalian, pilih yang mana?

You Might Also Like

1 comments

  1. gatauuu... skill ku sedikit dan setengah2

    ReplyDelete